Man of Steel and Man of Down

MAN OF HONOR
written by Nieke Indrietta

Busway seperti microwave berisi ikan pindang. Manusia penuh sesak berjejalan. Aku terhuyung-huyung berpegangan pada gantungan. Sebuah kursi kosong. Aku sengaja berdiri agar perempuan separuh baya di sebelahku bisa duduk. Tapi seorang laki-laki muda segera menempatinya. Aku terbelalak. Geram. Rasanya aku ingin menendang kakinya.

“Memang sulit menemukan pria gentleman,” begitu komentar temanku saat aku ceritakan peristiwa itu. Tak mau kalah, ia mengeluarkan stok ceritanya: pria yang berebut keluar duluan dari lift, pria yang tak mau mengalah dengan perempuan hamil, pria yang merokok di dekat bayi dan ibu hamil, pria yang berdecak-decak dan bersiul kalau perempuan lewat, pria pemukul perempuan, dan masih banyak lagi. “Kalau udah begitu, rasanya pengen nonjok,” gumamnya.

“Gue sih mending nggak kawin daripada dapat laki-laki macam itu,” sahut temanku yang lain.

Pertanyaannya, masih adakah laki-laki gentleman di dunia ini? Eng, tapi gentleman itu apa sih? Apa kriterianya?

Film-film Bollywood menggambarkannya sebagai pria yang jago berkelahi sekaligus pandai menyanyi dan menari. Hollywood mencitrakan pria yang lihai berkata-kata, mahir menggiring perempuan ke tempat tidur, atau malah pria tampan berhati dingin yang jago tembak. Korea tak mau kalah; menggambarkan pria dengan dandanan fesyen mutahir yang kocak, cool, lucu dan romantis. Majalah di Indonesia menggambarkannya dengan pria-pria berotot dan maskulin.

Eric Ludy, penulis buku “When God Writes Your Love Story”menggambarkannya sebagai pria yang berhati baja sekaligus berhati selembut bulu angsa atau man of steel and man of down. Sekaligus. Bukan salah satu.

“A warrior poet”, seorang ksatria yang gagah perkasa, sekaligus seorang pujangga berhati lembut.

Pria berhati baja, yang maskulin, berotot, keras dan tegas di depan problem dan orang kurang ajar. Sekaligus pria berhati lembut seperti angsa yang tahu bagaimana membela perempuan, bagaimana menangani perempuan yang menangis, anak-anak yang ingin digendong dan disayang.

Kalau hanya sisi baja, hasilnya pria arogan dan dingin. Kalau hanya sisi bulu angsa, hasilnya pria yang lembut, suka menulis puisi, tapi lari dari tantangan. Atau, malah pria yang cenderung seperti perempuan. Gemulai. Oh, tidak! Ini tentu mimpi buruk!

Dua sisi ini sesungguhnya citra laki-laki ketika Tuhan menciptakan Adam. Inilah gambaran laki-laki ilahi yang sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Sorga. Pria macam inilah yang stoknya tipis di dunia. Dunia menawarkan berbagai gambaran pria sejati dan maskulin. Tapi tak satupun dari gambaran itu yang bisa menandingi gambaran cetak biru Kerajaan Sorga mengenai laki-laki.

Ehem, kalau kamu laki-laki yang baca artikel ini dan ingin tahu lebih detail mengenai gambaran pria gentleman yang sesungguhnya, baca di link ini
http://www.ellerslie.com/Eric_Ludy_Sermons/Entries/2010/11/28_Men_of_Down.html. Kamu juga bisa baca buku Eric Ludy, “God’s Gift to Women.”

Saya sependapat, laki-laki macam inilah yang sesungguhnya dibutuhkan seluruh perempuan di dunia: kaum istri, ibu, anak-anak.

*menemukan artikel ini sudah lama dan masih berbicara sampai hari ini, terimakasih buat Mbak Nieke I.
in waiting for my man of steel and man of down. Bagaikan seorang elang yang tahu kapan harus menggunakan cakarnya untuk melawan musuhnya dan kapan untuk memeluk anaknya. Seorang elang yang dengan tatapan matanya yang tajam cukup untuk membuat gentar lawan-lawannya. Can’t wait to see you my man of steel yet man of down. May God met us one day, in His time.
And to all the boys,mans out there. I’m single doesn’t mean I’m available. I’m saving my heart for a man who really deserve my love and respect.

2 thoughts on “Man of Steel and Man of Down

Leave a comment